“Rakyat belum merdeka”
Sebuah paradigma budaya
Di awal abad ke-21 tarikh Masehi ini, saya memberi kesaksian , bahwa
meskipun Negara Indonesia adalah negara merdeka , tetapi Rakyat
Indonesia , atau Bangsa Indonsia , belum merdeka . Adapun para penindas
rakyat yang utama adalah Lembaga Eksekutif (pemerintah) ORLA-ORBA , dan
semua partai politik yang ada .Sebuah paradigma budaya
Adalah kenyataan kebudayaan sejak dari zaman raja-raja , zaman kolonialisme Belanda , kolonialisme Jepang , penjajahan rezim Orla dan penjajahan rezim Orba , rakyat Indonesia tidak pernah menjadi warga negara dengan hak yang penuh untuk bebas berpartisipasi dalam urusan kemasyarakatan , urusan pemerintahan dan urusan kenegaraan .
Di zaman raja-raja dan kolonialisme Belanda , rakyat adalah kawulo atau massa hamba Sang Raja . Di zaman kolonialisme Jepang rakyat adalah barisan massa budak yang harus membantu Dai Nippon dalam perang antar imperialis yang disebut Perang Dunia ll . Sedang di zaman rezim Orla , rakyat adalah massa revolusi dan bagi partai-partai politik rakyat sekadar dianggap sebagai barisan massa partai . Kemudian di zaman penjajahan rezim Orde Baru yang didukung oleh ABRI , rakyat tetap saja diangap sebagai koor bebek. Pemerintah menganggap mereka sebagai massa pembangunan yang daya kritisnya dirusak oleh penataran-penataran . Cara berpikir dalam bidang apapun diseragamkan . Rakyat tidak berdaya melawan kejahatan-kejahatan penguasa yang transparan . Pembunuhan , penculikan , penjarahan terhadap kekayaan Bangsa , penjarahan terhadap tanah Rakyat dan penjarahan terhadap daulat Rakyat berjalan semena-mena tanpa bisa dicegah , karena ABRI mengamankan penjarahan-penjarahan itu dengan sistem dan fasilitas-fasilitas mereka yang dalam level kekerasan tak bisa ditandingi oleh sipil .
ABRI sebagai aparat keamanan justru menjadi teroris resmi yang menjarah kemanan Rakyat . Dan Prof. Daoed Yoesoef membantu penjajahan ORDE BARU dengan doktrin Normalisasi Kehidupan Kampus yang justru abnormal karena mengekang daya organisasi dan daya intelektualitas mahasiswa .
Pemusatan kekuasaan Lembaga Eksekutif Orda Baru semakin berlebih-lebihan sehingga melumpuhkan daya hidup masyarakat . Rakyat yang tidak berdaya adalah rakyat yang kehilangan kemanusiaannya. Kekuasaan Pemerintah atau Lembaga Eksekutif yang absolut menjadi berhala yang mengobrak-abrik tatanan nilai moral dan peradaban , sehingga akhirnya terjadi proses erosi kemanusiaan didalam kehidupan berbangsa.
Itulah tadi gambaran keadaan Rakyat Indonesia yang saya simpulkan sebagai gambaran rakyat yang tidak merdeka, yang tidak punya hak hukum terhadap Lembaga Eksekutif , dan karena itu tidak punya kepastian hidup didalam negaranya sendiri .
Read More »